Minggu, 19 Mei 2019

Cafifest


Selasa 30 April 2019, Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Stisipol Candradimuka mengadakan Event Candradimuka Film Festival 2019 dan Bazaar Periklanan. pada pagi hari diadakan acara Bazaar periklanan dimana mahasiswa komunikasi berjualan makanan dan minuman yang dibuat dari kreativitas mereka masing-masing.
Kemudian pada Siang hari acara dilanjutkan dengan talkshow tentang film dan pemutaran short movie para peserta yang mengikuti lomba short movie pada kegiatan Candradimuka Film Festival 2019. ada banyak sekali kategori genre yang dilombakan seperti Action, Drama, Horror, Comedy, dan Legenda. lomba ini juga di buka bukan hanya untuk para mahasiswa dan umum, tetapi juga ada untuk para pelajar SMA yang ikut dalam perlombaan Candradimuka Film Festival.
dan pada malam harinya lanjut menonton film film yg masuk kategori dalam pembuatan film pendek ini dan emng luar biasa bagus semua film film yg di putar dan masuk nominasi

dan pada saat ini acara ini saya sangat senang karna dengan adanya acara ini dari luar bisa berpartisipasi juga dan STISIPOL CANDRADIMUKA Makin di kenal banyak orang orang di sekitar
semoga ada acara acara selanjutnya yang bisa menggali minat dan bakat anak ILMU KOMUNIKASI

Seminar Komunikasi


SEMINAR dalam rangka acara pembelajaran buat acara sendiri dan kami mengambil tema "pentingnya komunikasi di era millenial" pada tanggal 3 MEI 2019 Jum'at di SMK MUHAMMADIYAH 1 PALEMBANG

mungkin ini pengalaman pertama kami juga untuk menyelenggarakan acara ini hingga sukses dan saya pribadi menjadi salah satu pengisi acaranya yaitu sebagai MC dalam acara ini bersama partner saya Ranty
bagi saya mungkin ini pertama kalinya juga saya MC setelah beberapa lama tidak pernah MC lagi hehe

pada acara ini kami juga membawa pembicara yaitu Bapak ADE selaku wakil dari sekolah tersebut dan Bapak ARDIAN RAMLIE sekalu pembiacaranya dan menyampaikan sepatah dua patahnya kepada adik adik siswa tentang komunikasi yang baik dan benar apa lagi di era gadget ini yg banyak di salah gunakan maka dari itu harus kita memberikan shared tentang komunikasi di era millenial ini

dan alhamdullilah ada acara ini berjalan dengan lancar luncur
tak lua juga hiburan ada PANTOMIM dari guru SMK muhammadiyah 1 ini yang lucu dan dapat menghibur kita semua disini
dan kami mengucapkan syukur atas sukses nya acara ini ,

Sabtu, 18 Mei 2019

Community Relation



Community Relations (Comrel) pada dasarnya adalah kegiatan PR maka langkah-langkah dalam proses PR pun mewarnai langkah-langkah dalam community relations. PR di sisni lebih dimaknai sebagai kegiatan organisasi dan bukan proses komunikasi yang dilakukan organisasi dengan publiknya. Kalau pun ada sedikit perbedaan dalam pendekatan pelaksanaan kegiatan, lebih disebabkan karena sifat kegiatan yang diselenggarakan dalam community relations ini.
Menurut Wilbur J.Peak yang dimuat dalam Lesley’s Public Relations Handbook dan diterjemahkan oleh Onong U.Effendy mendefinisikan hubungan dengan komunitas sebagai berikut :
“Hubungan dengan komunitas sebagai fungsi hubungan masyarakat, merupakan partisipasi suatu lembaga yang berencana, aktif dan berkesinambungan dengan dan di dalam suatu komunitas untuk memelihara dan membina lingkungannya demi keuntungan kedua pihak, lembaga dan komunitas.”

Definisi di atas menerangkan bahwa hubungan dengan komunitas berorientasi kepada kegiatan yakni kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan atau lembaga humas. Dengan ikut berpartisipasi, maka keuntungan bukan hanya pada organisasi saja tetapi juga lingkungan sekitarnya.
Menurut Frazier Moore (1988:73) dalam Humas, Prinsip, Kasus dan Masalah bahwa pengertian komunitas adalah :
“Komunitas adalah sekelompok orang yang hidup di tempat yang sama, berperintahan yang samadan mempunyai kebudayaan dan sejarah yang umumnya turun temurun.”

Dengan adanya hubungan dengan komunitas, maka humas dalam melakukan kegiatan dan fungsinya dapat diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi, khususnya dalam menjembatani antara kepentingan publik yang menjadi sasarannya yaitu masyarakat sekitar dimana perusahaan atau organisasi berada. Dengan demikian akan menumbuhkan goodwill, good image dan mutual acceptance antar organisasi dan publiknya
Cutlip and Center dalam bukunya Effective Public Relations, mengatakan bahwa penting diketahui apa yang didambakan komunitas bagi kesejahteraan, apa yang diharapkan dari organisasi untuk kesejahteraannya itu dan bagaiman cara menilai kontribusi tersebut.
Menurut Cutlip and Center, kepentingan komunitas itu tercakup 11 unsur, antara lain adalah :
1. Kesejahteraan komersial (commercial prosperity)
2. Dukungan agama (support of religion)
3. Lapangan kerja (work of everyone)
4. Fasilitas pendidikan yang memadai (adequate educational facilities)
5. Hukum, ketertiban, dan keamanan (law, order and safety)
6. Pertumbuhan penduduk (population growth)
7. Perumahan beserta kebutuhannya yang sesuai (proper housing and utilities)
8. Kesempatan berekreasi dan berkebudayaan yang bervariasi (varied recreational and cultural pursuits)
9. Perhatian terhadap keselamatan umum (attention to public welfare)
10. Penanganan kesehatan yang progresif (progressive measures for good health)
11. Pemerintahan ketataprajaan yang cakap (competent municipal government)

Dalam hal ini, komunitas merupakan salah satu bagian publik eksternal yang memegang peranan penting, karena suatu perusahaan atau organisasi tidak akan berfungsi tanpa adanya dukungan dari komunitas.
Hakikat hubungan dengan komunitas adalah titip diri kepada lingkungan, kepada penduduk sekitar agar tidak mengganggu dan bersama-sama menjaga. Untuk itu, sebagai perusahaan yang dekat dengan komunitas seharusnya sama-sama saling menghargai dan memperhatikan kepentingan sekitar.
Kegiatan community relations pun dipandang sebagai bagian dari wujud tanggungjwab sosial organisasi. Sebagai warga negara, organisasi memikul tanggung jawab sosial dalam menjalankan peran turut membantu warga masyarakat untuk mengembangkan dirinya. Karena tanggung jawab sosial itu misalnya, banyak organisasi memberikan bantuan biaya pendidikan dalam bentuk beasiswa atau bantuan dana penelitian bagi warga masyarakat. Ada juga yang mengembangkan tanggungjawab sosialnya dengan membantu usaha kecil dan menengah, atau menyediakan fasilitas perkotaan seperti jembatan penyebrangan dan tempat sampah.
Hubungan antara komunitas dan organisasi lebih tepat dipandang sebagai relasi yang dikembangkan untuk membuka ruang bagi terwujudnya tanggung jawab sosial organisasi. Kembali meminjam ungkapan jefkin tetangga yang baik tentu berperan dalam menunjang keberhasilan. Sehingga komunitas disekitar lokasi operasi organisasi pun demikian pun demikian adanya, akan menunjang keberhasilan satu organisasi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. (security by people).
Dalam konteks PR, Corporate Social Responsibility (CSR) itu di impolementasikan dalam program dan kegiatan community relations. Bisa juga dinyatakan, community relations merupakan bentuk CSR. Ada yang memberikan beasiswa, memberikan bantuan buku, merehabilitisasi lingkungan hidup, atau membantu usaha kerajinan masyarakat. Dan ada tiga bidang perhatian berbagai organisasi bisnis di Indonesia yakni :
1. pendidikan
2. kesehatan
3. seni- budaya

Etika Public Relation



Menurut James E. Grunig, para profesional public relations seringkali dihadapkan pada upaya untuk menanggulangi berbagai permasalahan etika sebagai individu yang membuat keputusan tentang kehidupan profesional mereka. Para profesional public relations juga harus memberikan pelayanan sebagai konsultan untuk membantu sebuah organisasi agar memiliki cara-cara yang etis, bertanggung jawab, dan keberlanjutan. Dengan demikian, etika public relations menekankan pada implikasi-implikasi etis dari berbagai strategi dan taktik yang diterapkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi public relations dan komunikasi dari sebuah organisasi.

Prinsip-prinsip

Dalam buku Ethics in Public Relations A Guide to Best Practice, Patricia J. Parsons (2008 : 20 – 21) menyatakan bahwa terdapat 5 (lima) prinsip atau pilar etika public relations, yaitu :


  • Veracity (to tell the truth)

Prinsip atau pilar pertama etika public relations sebagai industri komunikasi adalah menyampaikan kebenaran. Sebagai sebuah prinsip etika, konsep veracity (to tell the truth) atau mengatakan atau menyampaikan kebenaran merupakan tahap awal bagi dasar-dasar asumsi tentang berperilaku etis.


  • Non-maleficence (to do no harm)

Konsep non-maleficence (to do no harm) merupakan prinsip dasar perilaku moral. Sebagai salah satu pilar atau prinsip etika dalam bidang public relations,  prinsip ini menyediakan satu analisis pertanyaan dari berbagai keputusan yang telah dipilih oleh organisasi sebelum organisasi tersebut memutuskannya. Pertanyaan itu adalah “apakah tindakan saya menyakiti orang lain?”. Hal ini bukanlah akhir dari analisis melainkan suatu langkah awal. Kita cenderung untuk menghindari melakukan hal-hal yang dapat menyakiti orang lain sebisa mungkin. Namun terkadang, apa yang kita lakukan dapat menyakiti orang lain walaupun tanpa kita sadari. Terkait dengan hal ini, apa yang kita lakukan tersebut bukan berarti kita berperilaku tidak etis kepada orang lain.


  • Beneficence (to do good)

Konsep beneficence (to do good) merupakan bentuk lain dari prinsip menghindari menyakiti orang lain namun lebih proaktif. Dengan mencari kesempatan untuk melakukan hal-hal baik dapat membantu dalam proses pembuatan keputusan tentang moralitas relatif dari berbagai kegiatan public relations.  Misalnya, ketika mengembangkan program hubungan komunitas dengan cara mencari sponsor untuk kegiatan  amal yang merupakan kegiatan yang dapat memberikan kebaikan bagi publik.


  • Confidentiality (to respect privacy)

Prinsip atau pilar berikutnya adalah confidentiality (to respect privacy) atau menghormati wilayah pribadi orang lain dengan tetap menjaga kerahasiaan informasi. Hal ini merupakan salah satu sifat pengambilan keputusan etis terkait dengan fungsi komunikasi publik. Dalam komunikasi publik, seringkali terjadi konflik antara kebutuhan untuk menyampaikan kebenaran dan prinsip kesetaraan dalam menjaga wilayah pribadi. Pengambilan keputusan yang etis tidak akan dapat dilakukan jika tidak diimbangi dengan tindakan nyata.


  • Fairness (to be fair and socially responsible)

Prinsip atau pilar yang terakhir dalam etika public relations adalah konsep fairness (to be fair and socially responsible) keadilan dan tanggung jawab sosial. Kita selayaknya mencoba untuk saling menghormati setiap individu dan masyarakat agar keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang adil bagi semua pihak.

Kelima prinsip atau pilar tersebut merupakan pedoman bagi pengambilan keputusan etis dalam berbagai praktik  public relations. Kelima prinsip atau pilar tersebut juga merupakan jembatan penghubung antara aspek teoritis dari etika sebagai bidang studi filsafat dan cara bagaimana teori-teori tersebut diwujudkan dalam tataran praktis.

Menurut Grunig, para profesional public relations mengalami berbagai permsalahan etis baik berupa pengambilan keputusan secara individu maupun perilaku profesional mereka. Para profesional public relations juga dihadapkan pada etika pengambilan keputusan strategis bagi sebuah organisasi. Karena itu, para ahli teori dan peneliti dalam bidang public relations mengembangkan teori etika public relations yang menyediakan prinsip-prinsip yang dapat digunakan oleh para profesional public relations sebagai konsultan etik bagi organisasi. Beberapa hal yang dilakukan diantaranya adalah :

  • dengan melakukan kerjasama dengan pihak akademisi untuk memasukkan teori etika public relations ke dalam kurikulum.
  • asosiasi public relations mengajarkan prinsip-prinsip etika public relations melalui program pendidikan dan seminar kepada para praktisi public relations yang tidak dipelajari dalam pendidikan formal.


Lebih jauh Grunig menjelaskan bahwa berbagai konsep dalam etika seperti kesetiaan, peran-peran sosial, nilai-nilai, sekresi, dan penyingkapan terkait dengan teori etika. Untuk itu, L. Grunig, J. Grunig, dan Dozier kemudian mengenalkan sebuah teori etika yang terinspirasi dari hasil kerja Pearson (1989) yang menggabungkan prinsip-prinsip teleologis atau konsekuensi etika dengan prinsip-prinsip deontologis atau aturan etika.

Adapun prinsip-prinsip dalam teori etika yang dimaksud adalah sebagai berikut :


  1. teleologi – etika profesional public relations yang mempertanyakan potensi konsekuensi dari keputusan organisasi terhadap publik.
  2. deontologi – etika profesional public relations kemudian memiliki kewajiban moral untuk membuka konsekuensi tersebut kepada publik yang terdampak dan untuk mengikatnya dalam bentuk dialog dengan publik tentang potensi keputusan organisasi.

Beberapa ahli teori lain yang juga mengembangkan teori etika public relations adalah S.A Bowen, K.R Place,R. van Es dan T.L Meijlink dan lain-lain. (Baca juga : Tahap-tahap Komunikasi – Nilai Berita – Jenis-jenis Berita )

Kode Etik Profesi Public Relations

Tidak dipungkiri bahwa public relations dipandang sebagai sebuah metode komunikasi yang menggunakan cara-cara manipulatif guna membentuk citra positif sebuah organisasi di mata publik dan terkadang mengabaikan aspek-aspek etika. Hal ini tentunya merupakan salah satu indikator isu etika public relations bagi para profesional public relations.

Menurut Karey Harrison dan Chris Galloway (2005), para profesional public relations di dalam menjalankan tugasnya memberikan informasi terkait pengambilan keputusan mempertimbangkan beberapa hal yaitu pedoman dan model yang direkomendasikan termasuk di dalamnya kode etik public relations. Hal ini memang tidak menjamin etis tidaknya perilaku para profesional public relations, namun adanya pedoman atau kode etik dapat memberikan koridor bagi para profesional public relations dalam menjalankan tugasnya sebagaimana kode etik wartawan dalam ranah jurnalistik.

Para profesional public relations yang telah menerapkan model etika dalam tugasnya, maka akan dapat memilih cara-cara yang etis untuk membentuk citra sebuah organisasi. Karena itu, badan profesional public relations di seluruh dunia telah mengembangkan kode etik bagi para profesional public relations. Berbagai organisasi public relations seperti The Canadian Public Relations Society atau the International Public Relations Association telah memiliki kode etik tersendiri, begitu pula dengan Perhimpuan Hubungan Masyarakat Indonesia.

Manajemen Krisis



Krisis manajemen dalam setiap perusahaan merupakan keadaan yang tak dapat dihindari. Bagaimanapun juga suatu organisasi yang didalamnya terdapat stakeholder internal maupun eksternal tentu tidak dapat luput dari situasi krisis. Meskipun semua jenis organisasi rentan terhadap krisis, industri tertentu secara inheren lebih rentan terhadap krisis (Boudreaux,2005:3). Persoalannya kemudian adalah bagaimana kemudian perusahaan tersebut mampu memanajemen krisis yang terjadi. Sebab tidak semua mampu untuk mengatasi krisis agar tidak berkembang menjadi konflik yang dapat merusak perusahaan tersebut.

Krisis manajemen merupakan situasi yang terjadi secara tiba tiba dan tak terduga  yang dapat mengancam keberlangsungan hidup dari stakeholder dan kemampuan perusahaan untuk dapat menyelamatkan diri dari krisis. Karakteristik dari krisis manajemen ini adalah adanya ketidakpastian, informasi yang tidak memadai, lemahnya kontrol, pengamatan dari luar.

Ketika terjadi krisis, maka stakeholder adalah pihak yang akan merasakan dampak tersbesar. Oleh sebab itu manajemen haruslah dapat memberikan statement yang menunjukkan kepedulian dan keseriusan terhadap krisis yang sedang terjadi. Pengelolaan krisis manajemen melewati tahapan-tahapan yaitu: before the crisis; during the crisis; after the crisis.

Before the crisis merupakan tahapan dimana krisis belum terjadi, namun perlu dilakukan persiapan agar ketika terjadi krisis di kemudian hari semua pihak terkait tahu apa yang harus dilakukan. Tahapan ini kemudian dibagi lagi ke dalam dua bagian, pertama adalah persiapan. Dalam bagian ini manajemen membentuk tim untuk krisis manajemen, kemudian meningkatkan dukungan manajemen untuk rencana penangan krisis ini, hal yang paling penting kemudian dalam bagian ini adalah mengidentifikasi kelemahan organisasi/perusahaan, terakhir adalah melatih para staff untuk menghadapi krisis. Bagian kedua adalah perencanaan, pada bagian ini manajemen sudah mulai membuat perencanaan pesan, menganalisis target audiens, menyusun suatu cara untuk mengkomunikasikan pesan, menentukan tanggung jawab apakah yang dilakukan oleh perusahaan pada saat krisis terjadi.

During the crisis merupakan tahapan yang terjadi ketika krisis sudah terjadi dan mulai melibatkan pihak-pihak untuk mengatasi krisis yang sedang menimpa organisasi/perusahaan. Ada tiga bagian yang dilakukan dalam tahapan ini, pertama adalah mengumpulkan. Pada bagian ini manajemen melakukan pengamatan latar belakang terhadap krisis yang terjadi, menetapkan juru bicara, menemukan masalah jangka pendek maupun panjang. Bagian kedua adalah package dimana pada tahapan ini manajemen menunjukkan informasi yang relevan dengan kondisi krisis yang terjadi, mengatakan yang sejujurnya kepada stakeholder yang mengalami dampak dari krisis, menempatkan diri sebagai pihak yang menjadi korban dari krisis yang dialami, menunjukkan rasa simpati. Bagian ketiga adalah menyampaikan yang merupakan bagian dimana pesan disampaikan secara tepat dan cepat, serta tegas kepada media.

After the crisis merupakan tahapan terakhir ketika krisis telah terjadi. Dalam tahapan ini, manajemen melakukan evaluasi atas strategi penanganan krisis yang dilakukan apakah memang memberikan dampak yang signifikan ataukah memang perlu pembenahan. Memberikan ucapan selamat kepada semua pihak karena telah berhasil keluar dari masa krisis, dan terakhir adalah melanjutkan kontrol kembali yaitu dengan melakukan scanning isu yang mungkin akan terjadi lagi.

Pentingnya manajemen krisis bagi suatu perusahaan karena pada prakteknya manajemen krisis memberikan perusahaan kemampuan untuk memberikan respon yang sistematis pada saat terjadinya krisis. Respon tersebut memungkinkan perusahaan untuk tetap melanjutkan pekerjaan sehari-hari selama krisis sedang dikelola karena bagaimanapun juga krisis tidak dapat menghentikan aktivitas yang sebagaimana mestinya di perusahaan. Lebih lanjut lagi, krisis manajemen yang sistematis menciptakan deteksi awal atau sistem peringatan awal. Banyak krisis dapat ditanggulangi, atau setidaknya diatasi dengan lebih efektif melalui investigasi awal. Selain itu perusahaan harus memanfaatkan keahlian individu-individu yang tepat dari berbagai bidang untuk merencanakan dan mengelola situasi krisis (Darling, 1994;4).

Media Relations



Bagi seorang praktisi Public Relations, melakukan kegiatan media relations adalah salah satu hal yang sangat penting. Strategi yang akan dibuat oleh seorang PR tidak akan memiliki arti apabila Public Relations tersebut tidak melakukan kegiatan hubungan dengan media.

Media Relations itu sendiri merupakan salah satu kegiatan PR yang berhubungan dengan media massa dalam hal publikasi organisasi atau perusahaan tempat ia bekerja. Ketika melakukan kegiatan media relations, hubungan baik yang terbangun antara Praktisi PR dengan media massa bukanlah tujuan utama. Tujuan utama dari kegiatan media relations ini adalah terciptanya kepercayaan dalam diri masyarakat (stakeholder) terhadap perusahaan atau organisasi tersebut.

Untuk mencapai tujuannya , seorang praktisi PR membutuhkan media massa agar dapat menjangkau stakeholder-nya yang bersifat heterogan dan berada di tempat yang terpisah-pisah. Berdasarkan hal tersebut, maka dibutuhkan hubungan yang baik antara praktisi PR dengan wartawan supaya pesan yang dibuat oleh praktisi PR tersebut dapat dipublikasikan oleh media massa dan sampai kepada masyarakat.

Hubungan antara praktisi PR dengan instansi media akan terjadi secara efektif jika menggunakan strategi media relations yang tepat. Menurut buku Media Relations: Konsep Strategi dan Aplikasi, kegiatan media relations terbagi atas dua bentuk.

Pertama yaitu bentuk tulisan contohnya seperti press release (siaran pers),  letters to the editor (membuat surat atau tulisan yang dikirim kepada editor), Public Service Announcements (Pemberitahuan mengenai layanan publik), dan Electronic Communications (Komunikasi melalui media internet, seperti memasang iklan, hingga berkomunikasi menggunakan sosial media)

Kedua yaitu dalam bentuk acara atau events. Beberapa contoh acara media relations yang dibuat oleh praktisi PR seperti, kunjungan pers (praktisi PR mengundang wartawan atau pekerja media untuk mengunjungi perusahaan/organisasi tempat ia bekerja), press calls (bentuk kegiatan yang dilakukan praktisi PR untuk menyampaikan informasi atau berita melalui telepon), media events (kegiatan yang dilakukan dengan mengundang media massa, baik cetak maupun elektronik ketika perusahaan menjadi sponsor dalam suatu kegiatan), dan salah satu yang paling penting adalah konferensi pers (Press Conference).

Dalam kegiatan media relations, praktisi PR harus melakukan kegiatan tersebut secara seimbang antara acara-acara media relations dengan membuat tulisan media relations. Terkadang dalam praktik nya, tidak jarang kegiatan media relations akan menimbulkan miss-communication, apabila acara-acara tersebut tidak disertai dengan tulisan-tulisan media relations. Tulisan tersebut menjadi hal yang penting untuk menjelaskan maksud dari acara tersebut dalam konteks perusahaan atau organisasi sebagai penyelenggara.

Salah satu kegiatan media relations yang paling sering dilakukan oleh praktisi PR adalah konferensi pers (press conference). Konferensi Pers itu sendiri adalah sebuah kesempatan yang dimiliki seorang PR untuk menyampaikan kebenaran dari berita yang bisa ia sampaikan dalam bentuk laporan berita.

Keberhasilan konferensi pers sangat dipengaruhi oleh persiapan sebelum melaksanakan kegiatan tersebut. Menurut Sarah Silver dalam bukunya A Media Relations Handbook for Non Governmental Organization memberikan tips beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh praktisi PR sebelum melaksanakan kegiatan konferensi pers, yaitu antara lain :

Kontak media
Sebelum melaksanakan konferensi pers, hendaknya seorang PR harus menghubungi sumber-sumber berita minimal sekitar  dua atau tiga hari sebelum acara berlangsung.

Format
Format termasuk salah satu yang penting dalam konferensi pers, oleh karena itu PR harus menyediakan tempat yang nyaman sesuai dengan format konferensi pers yang akan ia buat.

Visual
Dengan menggunakan visualisasi, konferensi pers akan lebih menarik. Misalnya, suatu  perusahaan menampilkan logo produk/perusahaannya diatas meja tempat pembicara berlangsung.

Waktu
Umumnya konferensi pers berlangsung antara pukul 10.00-11.00 atau antara 13.30-15.00. jika lewat atau melebihi waktu tersebut, PR akan kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan media, karena jika melewati waktu tersebut, wartawan telah memasuki waktu deadline.

Pembicara
Batasi jumlah pembicara sekitar dua atau tiga orang, dan pilih pembicara yang representative dan berkompeten untuk menjawab pertanyaan yang akan diajukan oleh wartawan.

Pers Kit
Pers kit terdiri atas alat-alat yang dibutuhkan dalam konferensi pers yang meliputi berita dan pessan-pesan yang ingin disampaikan.

Evaluasi
Evaluasi sangat penting untuk me-review apakah konferensi tersebut berjalan dengan baik dan bermanfaat. Sesi evaluasi ini menjadi satu kesempatan untuk melihat cara yang lebih efektif yang dapat diterapkan pada konferensi pers berikutnya.

Goverment Relation



Pemerintah merupakan salah satu dari sekian banyak pemangku kepentingan yang hubungannya perlu dijaga dengan baik oleh perusahaan. Meskipun hanya merupakan salah satu dari sekian banyak. Pemerintah dapat dipandang sebagai pemangku kepentingan istimewa yang memerlukan perhatian, bahkan penanganan khusus. Pemerintah memiliki wewenang yang sangat luas sebagai pengatur kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Pemerintah (baik pusat maupun pemerintah provinsi) beserta seluruh pejabat mempunyai pengaruh besar terhadap berbagai bentuk industri. Bahkan Pemerintah pun dapat berperan sebagai penengah dalam mengatasi krisis.

Perusahaan berkepentingan terhadap peraturan-peraturan yang dikeluarkan dan diberlakukan oleh Pemerintah, yang mungkin saja berdampak pada keberlangsungan usahanya. Keputusan pemerintah selain merupakan cermin dari kebutuhan masyarakat, sering kali juga merupakan cerminan opini dari pejabatnya. Karenanya hubungan baik dengan pemerintah diperlukan oleh perusahaan untuk melindungi keberlangsungan usahanya. Dalam beberapa kategori perusahaan seperti Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), hubungan baik dengan pemerintah memegang peranan yang sangat strategis, mengingat Pemerintah disini tidak hanya menjadi sekedar satu dari sekian stakeholder, Pemerintah bagi perusahaan BUMN dan BUMD bahkan sebagai pemegang saham mengingat kepemilikan saham Pemerintah di BUMD.

Fungsi dan peran menjalin hubungan baik dengan Pemerintah ini kebanyakan di emban oleh Government Relations, yang merupakan salah satu bagian dari fungsi corporate communications. Kunci utama dalam tugas berhubungan dengan Pemerintah adalah mengenali berbagai lembaga yang bersangkutan, mengenali struktur dan birokrasinya dan memenuhi persyaratan atau peraturan.

Langkah-langkah yang dapat dibangun adalah pertama kali terlebih dahulu mengumpulkan data dan fakta kemudian menginterpretasikan dan memprediksikan langkah Pemerintah, menginterpretasikan dan merumuskan langkah perusahaan kepada Pemerintah . Fungsi dari Government Relation penting dalam membangun komunikasi dengan Pemerintah berikut dengan pejabatnya baik secara langsung ataupun tidak langsung. Diperlukan kesabaran dalam mendengar dan kemampuan menyampaikan pesan agar berhasil menjalankan hubungan baik dengan Pemerintah.

Dalam prakteknya, Government Relations seringkali identik dengan urusan melobi. Terkait dengan melobi pemerintah masih sering dilakukan sendiri oleh Pemimpin Puncak ataupun pemilik Perusahaan. Sebagai seorang pelobi tentunya memiliki berbagai persyaratan yakni memiliki kemampuan untuk mengidentifikasikan/menentukan tokoh yang harus dan patut dihubungi, memiliki integritas (menguasai substansi permasalahan dan dapat dipercaya), mampu menjalin hubungan kemitraan (hubungan setara) serta memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif (cara, saat dan lokasi yang tepat dan bila perlu menemukan pendamping yang memahami substansi masalah).

Dalam membangun hubungan dengan lembaga atau wakil rakyat, sebagai Government Relations harus senantiasa memberikan update kepada para wakil rakyat dengan latar belakang dan informasi mengenai isu terkait, informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan, lingkungan dan laporan khusus lainnya. Government Relations juga harus hadir dalam dengar-pendapat dan kegiatan terkait dimana keahlian dan kepentingan lembaga bisa disalurkan dan jika diperlukan membuat laporan dan informasi teknis yang relevan yang dapat membantu Pemerintah dalam mengambil keputusan serta melibatkan para wakil rakyat dalam kegiatan community relations dan berperan aktif bila inisiatif datang dari mereka.

Government Relations pun perlu melakukan review setiap peraturan dan hukum untuk membantu menghindarkan para wakil rakyat berbuat kesalahan dalam membuat peraturan yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat dan membangun hubungan yang jujur, terbuka, informatif, dua arah dan personal dengan wakil rakyat dan libatkan pimpinan lembaga dan tenaga ahli dalam dialog.

Dalam mengkonsep pesan kunci yang akan disampaikan kepada pemerintah Government Relations tersebut harus memahami inti pesan perusahaan, kaitkan dengan isu yang sedang berkembang yang mengacu kepada hukum dan peraturan yang berlaku. Kemudian pesan tersebut harus dikemas dengan baik agar sesuai dengan minat, dan kepentingan masyarakat, bukan mengacu pada kepentingan perusahaan.

Dalam mengembangkan isu mengenai perusahaan berdasarkan fakta yang relevan, hati-hati terhadap penggunaan fakta dan pesan lain yang terkesan lebih mementingkan diri sendiri dan sebaiknya mendahulukan isu mengenai pemerintah lebih dari kepentingan perusahaan. Kemukakan pandangan perusahaan mengenai suatu kebijakan/peraturan untuk mendukung kepentingan perusahaan. Bila memang terpaksa mengemukakan posisi yang bertentangan, upayakan untuk mengambil perspektif yang lebih luas daripada sekedar memenuhi kepentingan perusahaan.

Pengelolaan Sosial Media



Berdasarkan hasil riset dari Tetra Pak Index 2017, Indonesia merupakan rumah bagi lebih dari 132 juta pengguna internet yang 40% di antaranya pengguna aktif media sosial. Jika dibandingkan dengan tahun 2016, pertumbuhan penguna internet di Indonesia mencapai 51% atau sekitar 45 juta pengguna, diikuti dengan pertumbuhan sebesar 34% pengguna aktif media sosial.

Konsumen yang mengakses media sosial melalui smartphone juga meningkat sebesar 39%. Kondisi di atas tentunya mempengaruhi pelaksanaan tugas dan fungsi pejabat hubungan masyarakat (humas) di lingkungan instansi pemerintah. Seiring dengan semakin bertambahnya masyarakat yang menggunakan social media, kini banyak organisasi pemerintah yang mengelola akun di media sosial sebagai alat diseminasi informasi (Yudha, 2018). Selain penyebaran informasinya yang luas (viral), media sosial juga memberikan kesempatan bagi instansi pemerintah dan stakeholder-nya untuk dapat berinteraksi secara langsung.

Sementara itu, Putra (2017) menjelaskan setidaknya, ada dua tantangan yang dihadapi oleh humas pemerintah saat ini dibandingkan beberapa dekade lalu.

Pertama, demokratisasi politik.  Demokratisasi politik ini telah menciptakan suatu sistem dimana media dan masyarakat bisa 'berteriak' melawan pemerintah.  Media bahkan acapkali membangun sikap  bermusuhan kepada pemerintah ketika terdapat kebijakan yang tidak sesuai dengan aspirasi warga negara.

Kedua, perkembangan teknologi komunikasi sudah merambah pada tahapan new media. Teknologi media baru ini memunyai karakteristik yang hampir sama sekali berbeda dibandingkan dengan media lama (old media). Dalam media baru, batas antara penerima dan pemroduksi pesan menjadi kabur.

Dinamika Media Sosial di Lingkungan Humas Pemerintah

Dinamika relasi antara humas dan media sosial telah menarik banyak perhatian peneliti. Yang (2015) menjelaskan bahwa beberapa studi menempatkan media sosial sebagai platform bagi public relations dalam menjalankan komunikasi publik. Studi yang lain menganggap media sosial sebagai sarana untuk menjalankan komunikasi strategis. Dalam penelitian ini, dianalisis bagaimana perkembangan profil dan update dari media sosial pemerintah dalam interaksi dengan pemangku kepentingan yang beragam.

Sementara itu, dalam tataran praktis, saat ini telah muncul istilah Public Relations (PR) 2.0. yang mengacu pada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pengelolaan kehumasan. Kurniasih (2013) menjelaskan bahwa terdapat beberapa catatan dalam penggunaan media sosial oleh humas pemerintah.

Pertama, media sosial didesain untuk menjaga dan meningkatkan reputasi lembaga, serta menggali aspirasi publik. Kedua, media sosial adalah media interaktif, hal ini harus dimanfaatkan oleh Humas untuk lebih dekat dengan publik. Humas harus dapat mengikuti ritme media sosial, berkomunikasi secara langsung dan memberikan respon dengan segera.

Ketiga, media sosial adalah dokumentasi online. Mengingat sifatnya yang terbuka dan bergesernya privasi, segala macam yang disajikan di sana akan terekam oleh mesin pengindeks dan dapat dijadikan bukti yang berkekuatan hukum. Dalam hal ini, seorang humas harus mengetahui informasi apa yang patut dan tidak patut di sampaikan kepada publik serta bagaimana menyampaikannya.

Keempat, media sosial menjangkau publik yang sangat luas sehingga diperlukan pemahaman dalam penyebaran informasi dan cara berkomunikasi lintas budaya. Media sosial bagi sebagian kalangan dianggap sebagai antisosial. Untuk menghindari stigma ini, tentu seorang humas harus mampu menyeimbangkan peran media komunikasi bermedia online dengan komunikasi langsung dengan publiknya, terutama publik internal yang secara fisik dan geografis sangat dekat.

Penggunaan Media Sosial oleh Humas Pemerintah

Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika, per tanggal 10 Juli 2017, total ada 34,4 juta follower/subscriber akun media sosial pemerintah. Dengan rincian Twitter : 29,1 juta follower, Facebook : 4,5 juta subscriber dan Instagram : 727,081 follower. Angka ini jauh di atas data tahun 2016, sebanyak 19,7 Juta follower/subscriber.

Siswadi (2017) memaparkan beberapa poin penting dalam optimalisasi media sosial oleh humas pemerintah :

Mengoptimalkan grup pengelola medsos dan online yang sudah terbentuk;
Membantu menyebarkan program prioritas pemerintah, terutama wawasan kebangsaan, infrastruktur, dan pemerataan ekonomi;
Bersama-sama menangkal isu hoax;
Rajin mengkomunikasikan capaian program prioritas daerah; dan
Membangun relasi dengan stakeholder, terutama komunitas-komunitas seperti KIM, blogger, dll.
Salah satu fungsi utama yang diharapkan dari media sosial pemerintah adalah menyebarluaskan kepada publik narasi tunggal dan data pendukung lainnya terkait dengan kebijakan dan program pemerintah.

Narasi tunggal adalah rumusan pesan kunci mengenai isu yang menjadi perhatian bersama. Dan, ditujukan sebagai referensi dalam menyamakan pemahaman para pemangku kepentingan dalam berkomunikasi kepada publik.

Fungsi lain yang diharapkan dari media sosial pemerintah adalah menangkal isu-isu hoax yang terus menjamur seiring dengan semakin berkembangnya media sosial itu sendiri. Namun, langkah ini tentunya tidaklah mudah, seperti dikatakan Putra (2017) bahwa untuk mengoptimalkan fungsi dan peran humas pemerintah dalam usaha menangkal hoax perlu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang sifatnya teknis tentang media baru dan media sosial. Namun, bagian tersulit dari literasi media sosial, yaitu selalu melibatkan tingkat kekritisan para pegawai humas pemerintah daerah dalam aktivitas media sosial.

Kesimpulan

Perkembangan media sosial tidak terhindarkan lagi mempengaruhi dalam cara kita berkomunikasi, di mana informasi semakin mudah didapatkan dan disebarluaskan. Tingginya akses media sosial pada akhirnya membuat instansi/lembaga pemerintah membuat dan mengelola akun resmi media sosial untuk menyebarluaskan informasi dan berinteraksi dengan para pemangku kepentingan.

Di satu sisi, hal tersebut memudahkan dan memberikan keuntungan bagi humas instansi pemerintah dalam mendiseminasikan program-program kegiatan kepada masyarakat. Namun di sisi lain, diperlukan adanya SDM humas yang handal, yang tidak hanya mengerti pengoperasian media sosial, tetapi juga memiliki rasa kritis.

Riset Public Relation



A. DEFINISI RISET (Penelitian PR)  (Fraser P. Seitel)
Riset merupakan pengumpulan data, fakta, dan informasi secara sistematis dalam upaya mengembangkan pengertian.

B. PENTINGNYA PENELITIAN
Efektifitas Public Relations (PR) erat kaitannya dengan proses riset, karena riset merupakan bagian integral dari perencanaan, pengembangan program, dan proses evaluasi. Penelitian dilakukan dengan tujuan agar PR mampu membuat keputusan-keputusan kebijakan dan merencanakan strategi untuk program komunikasi yang efektif

C. PERAN PENELITIAN
Penelitian adalah suatu wujud tahap ‘mendengarkan’. Glen profesor Broom dan David Dozier dari San Diego State University, dalam buku mereka Menggunakan Riset dalam Public Relations, hanya berkata, “Penelitian adalah kontrol, objektif, dan pengumpulan informasi secara sistematis untuk menggambarkan tujuan dan saling pengertian”.
Penelitian dilakukan untuk mempersiapkan informasi, data dikontrol, dan diinterpretasi. C. Blair Jackson, Senior Vice President dari Rogers & Cowan, Inc, di New York: “alasan yang paling kuat untuk menggunakan penelitian ini adalah untuk memastikan bahwa program PR yang dirancang adalah yang terbaik. Bahwa program dibuat untuk berbicara kepada khalayak yang tepat, bahwa dibuat dengan menggunakan pesan yang tepat, dan bahwa fokus juga pada persepsi yang tepat pula. Sedangkan riset evaluasi yang akan memastikan hal itu berjalan baik atau tidak”.
Cutlip dan Center menyatakan empat upaya pemecahan persoalan program kerja dan penelitian dalam PR yaitu :
1. Defining problem
      Langkah pertama meliputi memperhatikan dan mengawasi pengetahuan, opini, dan perilaku pihak-pihak yang berhubungan dan terpengaruh oleh sikap dan kebijakan sebuah organisasi dalam upaya mendefinisika masalah PR, penelitian menjadi hal krusial karena mampu memberikan informasi awal yang dibutuhkan untuk merencanakan aksi PR dan memainkan peran penting dalam mengevaluasi efektifitas sebuah program.
2. Planning and Programming
      Ketika praktisi PR telah berhasil mendefinisikan masalah melalui serangkaian penelitian atau riset dan analisis maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh praktisi PR adalah merencanakan strategi dan program dalam upaya menyelesaikan masalah. Praktisi PR mengembangkan perencanaan program strategis bekerjasama dengan manajer yang lain karena pada prinsipnya program PR yang disusun tidak akan berjalan dan berhasil jika tidak mendapat dukungan dari pihak lain dalam perusahaan. Perencanaan strategis PR meliputi membuat keputusan mengenai sasaran dan tujuan program, mengidentifikasi publik yang berkepentingan, menentukan kebijakan atau aturan untuk memandu pemilihan dan penentuan strategi, aksi dan komunikasi.
3. Taking Action and Communicating
      Berdasarkan perencanaan strategis yang telah disiapkan dan disetujui, implementasi program aksi dan komunikasi yang dirancang untuk sasaran spesifik bagi masing-masing publik dilakukan untuk mencapai tujuan program. Strategi aksi biasanya meliputi perubahan kebijakan, prosedur, produk, jasa, dan perilaku organisasi. Agar implementasi perubahan berhasil, pihak managemen dan praktisi PR harus memandang PR lebih dari sekedar publisitas dan komunikasi persuasif. Implementasi program (aksi) memerlukan keahlian berkomunikasi yang terencana. Pada tahap ini, pesan yang dirancang untuk tiap publik sasaran dipastikan mendukung pencapaian sasaran dan objektif program begitu juga dengan kepentingan masing-masing publik.
4. Evaluating the Program
      Langkah terakhir meliputi menilai persiapan, implementasi, dan hasil pelaksanaan program. Perubahan ketika program sedang dilaksanakan dilakukan berdasarkan evaluasi respon atas apakah sebuah program berjalan dengan lancar atau tidak. Evaluasi menjadi bagian paling penting dan tidak terpisahkan dari proses manajemen PR karena akan memberikan kesimpulan mengenai keberhasilan program PR yang dijalankan dan faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya sebuah program.
D. Manfaat Menggunakan Riset
Sebuah program komunikasi pasti melalui proses riset terlebih dahulu. Secara umum, departemen PR menghabiskan sekitar 3 sampai 5 persen dari anggaran mereka untuk riset. Bahkan ada yang berpendapat harus 10 persen.
§  Manfaat dari menggunakan Riset untuk PR adalah :
1)  Mencapai Kredibilitas dengan Manajemen
Kredibilitas organisasi/perusahaan dimana eksekutif perlu menyusun program pengembangan pasti membutuhkan fakta lapangan, bukan dugaan dan firasat untuk mencapai tujuan organisasi.
2) Menetapkan Audiens dan Segmen Publik
Informasi rinci tentang demografi, gaya hidup, karakteristik, dan pola konsumsi khalayak membantu untuk memastikan bahwa pesan mencapai audiens yang tepat.
3) Merumuskan Strategi
Kesalahan menyusun strategi akan membuat banyak anggaran terbuang percuma. Sehingga di sini ketepatan hasil riset menjadi sangatlah penting.
4) Pesan / Copy Writing
Riset terhadap isi/materi pesan untuk menentukan pesan yang tepat untuk audience yang tepat pula.
5) Membantu manajemen Keep in Touch
Dalam komunitas massa, manajemen puncak terisolasi dari perhatian terhadap karyawan, pelanggan, dan publik penting lainnya. Penelitian ini membantu menjembatani kesenjangan tersebut. Umpan balik ini sebagai masukan untuk eksekutif puncak untuk menyusun kebijakan dan strategi komunikasi yang lebih baik.
6) Mencegah Krisis
Permasalahan yang berupa krisis organisasi banyak bersumber dari masalah operasional internal dan kaitannya dengan kepentingan dan kepuasan publik, bahkan lebih parah daripada masalah bencana alam atau lainnya, karena dari hal itulah citra perusahaan/organisasi dipertaruhkan. 
7) Memantau Kompetisi
Perusahaan yang cerdas akan melacak apa yang dilakukan pesaing. Hal ini dilakukan melalui riset konsumen, meminta mengomentari produk bersaing, analisis isi dari liputan media, dan ulasan industri dalam jurnal perdagangan. Penelitian semacam ini sering membantu sebuah organisasi bentuk komunikasi pemasaran dan strategi untuk melawan kekuatan pesaing dan memanfaatkan kelemahan apapun.
8) Pengaruh Opini Publik
Fakta-fakta dan angka, dikumpulkan dari berbagai sumber-sumber primer dan sekunder, dapat mengubah opini publik.
9) Menghasilkan Publisitas
Jejak pendapat dan survey dapat menghasilkan publisitas untuk sebuah organisasi. Banyak survey tampaknya terutama dirancang dengan program publikasi melalui benak audience.
10)  Mengukur Kesuksesan
Dasar dari setiap program PR adalah seberapa banyak waktu dan uang yang dihabiskan untuk mencapai tujuan.

E. TEKNIK RISET
Ketika kata ‘riset’ digunakan, yang terlintas adalah survey dan tabulasi statistik yang rumit. Dalam PR, riset digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang segala hal yang memungkinkan bisa mendukung aktifitas dan efektifitas tugas PR.
Walter K. Lindenmann, Senior Vice President dan direktur riset untukKetchum Public Relations pernah melakukan riset terhadap para profesional, menemukan bahwa tiga perempat dari responden menyatakan bahwa mereka melakukan teknik riset secara sekilas dan informal secara ilmiah dan tepat. Teknik yang biasa mereka gunakan adalah riset terhadap literatur database informasi dari berbagai sumber tentang segala hal yang ingin mereka ketahui.
Teknik ini biasa disebut sebagai riset sekunder, karena mengumpulkan dan mempelajari artikel majalah dan database elektronik. Hal ini berbeda dengan riset primer yang cenderung mengandalkan informasi yang selalu baru/up to dateyang dihasilkan melalui desain riset yang spesifik dan mendalam.

Internal Relation



Target kegiatan PR dalam konteks ini adalah menjaga suasana diantara para karyawan di dalam badan atau perusahaan. Bagaimana menciptakan komunikasi efektif, keserasian hubungan antara pimpinan dan bawahan, baik secara horisontal maupun vertikal, sehingga dapat memperkuat tim kerja perusahaan.

Tiap anggota dari badan atau perusahaan itu, dari tingkat pimpinan sampai pesuruh, merupakan Public Relations Officer yang tidak resmi. Dimana segala perilaku mereka mendapat sorotan dari publik dan dapat mempengaruhi nama baik perusahaan. Keluarga karyawan juga mempunyai andil besar dalam menciptakan hubungan baik. Karena ketentraman keluarga akan berpengaruh pada ketentraman bekerja pegawai. Usaha yang bisa ditempuh Internal Public Relations yaitu :


  • Pengumuman-pengumuman, mengumumkan program kerja serta hasil-hasil yang telah atau masih harus dicapai perusahaan. Biasanya bersifat insidental seperti rapat kerja.
  • Buku pegangan pegawai, memuat program kerja secara rinci, tujuan perusahaan serta hak dan kewajiban pimpinan dan karyawan.
  • Kontak pribadi, menciptakan komunikasi yang akrab antara pimpinan dengan bawahan dan bawahan dengan bawahan.
  • Pertemuan-pertemuan berkala, dimana pimpinan dan karyawan bisa saling berbagi tentang kegiatan kerja dan mencari solusi atas kendala-kendala yang dihadapi dan mengemukakan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai.
  • Kotak suara, menampung pendapat karyawan yang tidak berani mengemukakannya secara terbuka. Sehingga segala keputusan pimpinan bisa obyektif.
  • Laporan kepada pemegang saham, pertemuan antara pimpinan perusahaan dan pemegang saham untuk pertanggungjawaban dalam bidang keuangan. Sehingga para pemegang saham tetap menaruh kepercayaan karena merasa ikut serta membina perusahaan dan mengetahui kegunaan uangnya.
  • Hiburan dan darmawisata, untuk meredakan ketegangan selama bekerja dan memupuk keakraban serta setia kawan.
  • Olahraga, penyaluran minat dan bakat yang bersifat rekreasi seperti olahraga dengan membentuk tim-tim, akan mampu menggugah para pegawai untuk lebih mencintai perusahaannya dan bekerja lebih baik. Hal tersebut sebagai imbalan diperhatikannya minat mereka. Selain itu juga bisa sebagai alat promosi dan menambah publik ekstern bagi perusahaan melalui pertandingan persahabatan misalnya.
  • Study tour dan pelatihan, untuk meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan para pegawai.
  • Hadiah-hadiah dan penghargaan, memotivasi pegawai yang mendapat penghargaan untuk mempertahankannya dan memotivasi pegawai yang lain untuk bekerja lebih baik.
  • Klinik dan apotek kesehatan, perusahaan hendaknya dilengkapi klinik atau apotek kesehatan untuk kesejahteraan karyawannya. Selain untuk karyawan dan keluarga, bisa juga dikembangkan untuk umum sehingga menambah keuntungan tersendiri bagi perusahaan.
  • Tempat-tempat ibadah, untuk membangun moral dan mental yang baik pada karyawan.
  • Tempat-tempat pendidikan, pendidikan untuk keluarga karyawan sangat penting sebagai bentuk perhatian dari perusahaan.


Internal Public Relations juga harus melakukan upaya-upaya untuk dapat memecahkan permasalahan dalam lingkungan intern perusahaan, seperti bagaimana memelihara hubungan baik antara pimpinan dengan bawahan serta antara buruh dengan pegawainya dengan rekan-rekan sekerja, mempertinggi produktivitas sumber daya manusia (SDM) dalam perusahaan, menggerakkan para pegawai agar memberikan pelayanan maksimal kepada publik, mengadakan komunikasi teratur dan tepat guna dalam perusahaan secara vertikal dan horisontal, mempertinggi kecakapan dan pengetahuan SDM perusahaan, memberikan hiburan dan kesempatan bersantai bagi pegawai, meningkatkan kebersihan, ketertiban, serta keindahan perusahaan dan lingkungannya, mengintegrasikan keluarga pegawai ke dalam kehidupan perusahaan, memelihara kesejahteraan pegawai atas usaha sendiri. Dalam hal pelaksanaan tergantung pada besar kecil perusahaan serta skala prioritas.